Jakarta (ANTARA) - Oxford University Press menobatkan "rage bait" sebagai Word of the Year 2025, yang penggunaannya meningkat tiga kali lipat pada tahun 2025.
Rage bait yang dinobatkan sebagai Word of the Year 2025 pada Minggu (30/11) berhasil mengalahkan dua kata lainnya dalam daftar kandidat, yaitu aura farming dan biohack.
Rage bait sendiri merupakan gabungan dari kata rage yang berarti "ledakan amarah yang hebat", dan bait yang berarti "secuil umpan".
Menurut situs resmi Oxford University Press, rage bait didefinisikan sebagai konten daring yang sengaja dirancang untuk memancing kemarahan atau kemurkaan dengan membuat frustrasi, provokatif, atau menyinggung sehingga jumlah kunjungan atau interaksi di halaman web atau konten media sosial meningkat.
Meskipun mirip dengan istilah clickbait yang sama-sama bertujuan untuk menarik perhatian pengguna internet dan bisa membuat seseorang kesal, namun rage bait lebih khusus dibuat untuk memicu kemarahan, pertengkaran, dan perpecahan.
"Dulu, internet lebih fokus menarik perhatian dengan membangkitkan rasa penasaran demi mendapatkan klik. Namun sekarang, terjadi perubahan besar: internet justru mengambil alih dan mempengaruhi emosi kita serta cara kita bereaksi," kata Presiden Oxford Languages Casper Grathwohl.
Istilah rage bait mencerminkan pula kondisi faktual dunia digital saat ini, di mana konten yang memprovokasi emosi, terutama kemarahan, semakin mudah ditemukan di ruang daring.
“Fakta bahwa istilah rage bait ada dan penggunaannya meningkat tajam menunjukkan bahwa kita makin sadar akan taktik manipulasi yang bisa menarik kita di dunia online," ujarnya.
Pertama kali, istilah rage bait muncul di internet pada sebuah unggahan di Usenet pada tahun 2002 sebagai cara untuk menggambarkan reaksi pengemudi ketika mendapatkan sorotan lampu oleh pengemudi lain agar diberikan jalan sehingga memunculkan gagasan tentang tindakan yang sengaja memancing emosi.
Makna rage bait kemudian berkembang menjadi bahasa gaul internet untuk menggambarkan cuitan viral, sering kali pula digunakan untuk mengkritik platform, kreator, dan tren, yang menentukan seperti apa konten muncul di internet.
"Sejak itu, istilah ini menjadi cara singkat untuk menyebut konten yang dibuat untuk memancing kemarahan dengan cara membuat orang frustrasi, tersinggung, atau memecah belah. Istilah ini kini sudah umum digunakan di ruang redaksi media di seluruh dunia dan dalam percakapan para pembuat konten," tulis Oxford University Press dalam situs resminya.
Baca juga: Mengenal Rafflesia Hasseltii yang ditemukan mekar di Hutan Sumatra
Baca juga: TVRI jadi salah satu media paling dipercaya berdasarkan survei Oxford
Baca juga: Apa itu “parasocial” yang jadi Word of the Year 2025?
Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.






















:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-color-landscape-new.png,1100,20,0)/kly-media-production/medias/5388734/original/056573700_1761129677-Zicky_soal_stroke.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5369745/original/043897200_1759479019-Screenshot__72_.jpg)



:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5346204/original/017615400_1757581335-20250909_111844.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5354573/original/075950200_1758257804-20250917_142736.jpg)
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-color-landscape-new.png,1100,20,0)/kly-media-production/medias/5376868/original/047746000_1760063007-WhatsApp_Image_2025-10-10_at_09.10.41.jpeg)




:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5387338/original/089453500_1761038093-IMG-20251021-WA0093__1_.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5349424/original/065581400_1757922127-IMG-20250915-WA0141.jpg)


